Minggu, 21 November 2010

marah, perlukah?

Kenapa saya ingin menuliskan tentang ini?
Menurut saya menunjukkan kemarahan itu ternyata juga perlu. Banyak cara orang untuk marah. Ada yang diam, ada yang mengomel, ada yang membanting pintu *seperti halnya Haura kecil begitulah marahnya*, ada yang berbahasa jawa *sebagaimana seorang teman jika marah langsung pake bahasa Jawa *jikapun ngomongnya Jawa halus ga kliatan marah tapi aq tau itu artinya marah. Bahkan ada seseorang marah dengan membanting piring. Even, istrinya sengaja membeli piring murahan agar marah suaminya tersalurkan *ck..ck ada ada saja*
Berbagai cara orang untuk marah yang terpenting marahlah pada waktu yang tepat, pada tempat yang tepat dan juga tentunya pada orang yang tepat. Manusia punya hati, jika terluka maka tak mudah diobati hati tersebut. Kata-kata jauh lebih tajam. Jadi marahlah dengan bijak.
Tempat dan waktu yang tepat? Yup... Tentu marah harus ada etikanya. Memarahi seseorang di tempat umum tentunya sangat tak baik. Atau marah dengan kata-kata kasar tentu dapat menjadi pisau yang tajam.

Namun sekali lagi marah juga penting *bukan saja untuk kewibawaan namun sosok personality yang seperti itu dalam suatu posisi tertentu d dunia kerja diperlukan terutama untuk seorang leader* Seorang leader harus bisa menunjukkan kharismatiknya.
Even.. Dalam dunia kerja dibidang operation misalnya mulai dari level supervisory diharapkan memilikinya.

Namun juga ada pendapat yang bagus 'jika bisa tidak dengan marah kenapa harus marah?'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar